Dunia sedang mengalami perubahan radikal dan disrupsi terutama dari sisi digital. Bahkan saat ini, bertemu di dunia maya sudah bukan sesuatu yang asing, kalimat metaverse pun sudah sesuatu yang lumrah dan menjadi proyeksi bisnis yang menjanjikan. Tentunya hal seperti ini perlu disikapi dengan baik dan menuntut pendekatan baru terhadap pola kepemimpinan dan strategi bisnis.
Saat ini juga generasi milenial mendominasi angkata kerja di Indonesia. Hal ini didukung dengan usia yang masih sangat produktif untuk bekerja. Generasi ini memiliki perspektif yang berbeda dalam bekerja.
Dengan kondisi seperti ini, maka mendorong perubahan cara kepemimpinan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan. Terdapat 2 gaya kepemimpinan menurut Stephen J Skripak (Fundamental of Business) yaitu : transactional & transformational leadership.
1. Transactional Leadership
- Pemimpin transaksional menjalankan otoritas berdasarkan hirarki dalam organisasi.
- Memberi tahu bawahan apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang diterima jika mereka memenuhi tujuan yang ditetapkan.
- Fokus pada mengidentifikasi kesalahan dan mendisiplinkan karyawan untuk kinerja yang buruk.
2. Transformational Leadership
- Membimbing dan mengembangkan bawahan
- Memberi mereka peluang yang menantang
- Membantu mereka memenuhi kebutuhan profesional
- Mendorong orang untuk
menyelesaikan masalah dari
perspektif baru.
Kepemimpinan
transformasional
terbukti lebih
efektif dalam menghadapi era disrupsi dan ketidakpastian serta pergeseran perilaku angkatan kerja yang didominasi oleh milenial. Dengan mengadopsi model kepemimpinan transformasional yang memenuhi kebutuhan lingkungan yang
berfluktuasi, organisasi dapat tetap relevan mencapai kesuksesan jangka panjang dan mempertahankan tingkat
yang diharapkan terhadap kinerja.
Sumber : Leadership in Times of Uncertainty- Wasim Subhan |
Transformational Leader
mendorong komunikasi dua arah,
memberikan bimbingan dan inspirasi
yang diperlukan untuk memunculkan
dan mendorong ide baru dan
pemikiran kritis. Pegawai diajak untuk "terlibat" di dalam menentukan culture maupun strategi demi perbaikan perusahaan. Tentunya hal ini dapat menunjang terhadap kinerja organisasi yang positif dan peningkatan level engagement di level karyawannya.
Untuk itu, mari kita sama-sama mulai berkembang untuk dapat menjadi seorang transformational leader, bukan transactional leader
Komentar
Posting Komentar